Jumat, 29 Mei 2009

Menjaga Kesehatan Kala Naik Haji

Cuaca dingin dan kering perlu diwaspadai para anggota jemaah haji yang akan dan sedang berada di Tanah Suci. Semangat dan kekhusyukan beribadah sering kali membuat orang lupa untuk menjaga stamina sehingga bisa merugikan perjalanan ibadah itu sendiri.
Saat ini Arab Saudi memasuki puncak musim dingin. Diperkirakan suhu di Mekkah dan Jeddah mencapai 14 derajat Celsius, bahkan di Madinah bisa 6 derajat Celsius.
Dalam kondisi udara dingin, umumnya orang mengurangi minum karena khawatir harus sering ke kamar mandi. Kecenderungan ini, menurut Anna Uyainah ZN—ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo— kurang tepat. Pasalnya, udara dingin dan kering membuat penguapan tubuh meningkat. Tanpa pasokan cairan yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan sehingga tubuh rentan mengalami gangguan kesehatan. Untuk itu, jemaah haji dianjurkan banyak mengonsumsi air minum atau jus buah.
Sering sebagai upaya menahan dingin orang mengonsumsi kopi atau rokok. Padahal, kopi meningkatkan diuresis, yaitu pengeluaran air kemih, yang justru mendorong terjadinya dehidrasi. Adapun rokok mengurangi aliran darah ke perifer atau permukaan tubuh sehingga tubuh mudah terserang dingin. Saat ini Arab Saudi mengenakan denda 200 real kepada orang yang ketahuan merokok di tempat umum.
Banyak cairan
Mengonsumsi banyak cairan otomatis meningkatkan frekuensi ke kamar mandi. Anna menganjurkan jemaah haji untuk tidak menahan kencing karena hal itu bisa menimbulkan infeksi saluran kemih.
"Kalau khawatir mengenai keamanan di tempat umum atau di masjid, mintalah ditemani atau pilih toilet yang ramai," saran Anna.
Hal lain yang dicatat Anna— dari lima kali mendampingi perjalanan jemaah haji dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia—adalah kecenderungan jemaah untuk mengabaikan asupan makanan bergizi karena lebih memprioritaskan membeli oleh-oleh. Hal ini dinilai kurang tepat. Cuaca yang kurang bersahabat, kerumunan banyak orang dengan pelbagai risiko penularan penyakit, serta kegiatan fisik dalam ibadah membuat tubuh memerlukan energi dan gizi cukup untuk mempertahankan kebugaran dan kesehatan. Anna menganjurkan jemaah makan makanan bergizi dan buah, kalau perlu ditambah susu dan suplemen untuk menjaga kesehatan.
Catatan Subdirektorat Haji Departemen Kesehatan menunjukkan, penyakit terbanyak selama haji tahun 2005 adalah penyakit THT, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru, penyakit saluran cerna, penyakit otot dan tulang, penyakit jiwa, penyakit saluran air seni, penyakit endokrin, serta penyakit karena udara dingin.
Untuk meminimalkan kejadian penyakit, jemaah haji sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan yang diwajibkan. Jika ada dana lebih, disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, mereka yang berusia di atas 50 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan EKG dan rontgen untuk mendeteksi adanya gangguan jantung dan pembuluh darah serta paru.
Yang memiliki gangguan kesehatan sebaiknya membawa obat-obatan dalam jumlah cukup. Jika mengalami gangguan kesehatan saat menunaikan ibadah, jangan segan untuk berobat, baik ke dokter kloter, dokter maktab, klinik sektor, maupun Balai Pengobatan Haji Indonesia. Untuk gangguan kesehatan yang berat, penderita akan dirujuk ke rumah sakit di Arab Saudi. Semua pelayanan kesehatan itu bisa didapatkan secara cuma-cuma karena jemaah haji dicakup asuransi kesehatan.
Jenis penyakit THT yang umum diderita adalah flu dan radang tenggorokan. Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung karena kecapekan, serta stroke. Penyakit paru yang umum terjadi adalah tuberkulosis, pneumonia (radang paru), penyakit paru obstruktif kronik, dan asma. Penyakit saluran cerna umumnya gastritis (radang lambung) dan diare. Penyakit otot dan tulang adalah nyeri/ngilu sendi dan rematik. Penyakit jiwa umumnya berupa depresi akibat tekanan kegiatan fisik yang cukup berat pada situasi dan kondisi yang berbeda dari keseharian serta skizofrenia. Penyakit endokrin adalah diabetes.
Suhu dingin bisa memengaruhi fungsi jaringan dan sirkulasi darah. Penelitian Anna mengenai dampak musim dingin pada jemaah haji Indonesia daerah kerja Madinah tahun 2003 menunjukkan, gangguan sendi yang menyerang jemaah haji adalah nyeri sendi, kaku sendi, nyeri pergerakan, dan bengkak sendi. Selain itu, udara dingin bisa menimbulkan mimisan, gatal-gatal pada kulit, kram, nyeri otot, kulit bersisik, bibir dan tumit pecah-pecah.
Untuk mencegah sengatan dingin, jemaah haji disarankan mengenakan pakaian tertutup dan hangat yang dapat menghindarkan dari paparan udara dingin. Kenakan masker yang dibagikan, berupa kain kasa yang menutup hidung sampai mulut. Sebaiknya kain kasa dibasahi dengan air dan diperas sebelum dikenakan. Kelembaban kain kasa mampu menyaring udara dingin agar tidak terlalu tajam.
Krim pelembab
Gunakan krim pelembab, misalnya vaselin, secara rutin pada bibir dan tubuh untuk menghindari bibir dan kulit kering dan pecah-pecah. Jangan mandi terlalu sering atau menggosok tubuh berlebihan karena sel epitel kulit akan mengelupas sehingga mudah terserang dingin. Jika terserang gatal-gatal, harus segera mengenakan selimut atau baju lebih hangat. Gatal jangan digaruk karena bisa membuat sel kulit makin tipis.
Sengatan dingin bisa menyebabkan kulit pucat, dingin, kram, kaku otot, bahkan mati rasa (baal). Keadaan beku jaringan tubuh akibat terpapar udara dingin dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Penanganan dapat dilakukan sendiri jika gejala masih ringan. Penderita dibawa masuk ruangan, jika mungkin ada penghangatnya. Baju yang basah dilepas, diganti dengan yang kering. Penderita diberi selimut hangat dan makanan serta minuman hangat. Bagian yang mati rasa direndam dengan air hangat (37-40 derajat Celsius) atau dikompres air hangat sekitar 30 menit agar jaringan yang membeku bisa mencair. Jangan menggunakan botol air panas atau menggosok daerah yang membeku karena dapat merusak jaringan.
Selama ibadah haji, demikian Anna, sebaiknya jemaah mengonsumsi makanan yang cukup dan bergizi. Jangan mengonsumsi makanan yang merangsang lambung serta minuman bersoda, menghindari udara dingin dengan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu di ruang terbuka.
"Jangan pulang-balik tempat penginapan-masjid setiap habis shalat, terutama saat melaksanakan shalat arbain di Madinah yang udaranya bisa sangat dingin saat ini. Shalat dzuhur bisa disambung dengan ashar, baru balik ke penginapan. Kemudian shalat maghrib bisa disambung isya," kata Anna.
Hal yang perlu diperhatikan adalah stres yang bisa memicu kambuhnya pelbagai penyakit, dari asma sampai gangguan jantung dan diabetes.
Anna mengisahkan, ada seorang bapak yang setiap hari ke klinik karena asmanya kambuh. Setelah ditelusuri, ternyata bapak itu merasa ditinggalkan istrinya setiap kali shalat di masjid. Istrinya beralasan, hal itu untuk melindungi suaminya yang sakit-sakitan. Setelah diberi pengertian bahwa shalat di masjid juga perlu untuk suaminya dan sang istri bersedia mendampingi, asma bapak tersebut tidak pernah kambuh lagi.
Kesiapan mental dan pemahaman akan kesehatan perlu untuk menjamin kelancaran ibadah haji. Dengan kesehatan yang optimal, kerinduan untuk mencapai haji mabrur tentu lebih mudah terlaksana. (Atika Walujani M)